Kamis, 28 Oktober 2010

RESENSI NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

LIBERALISME DALAM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

Judul: Perempuan Berkalung Sorban
Pengarang:Abidah El Khalieqy
Penerbit : Arti Bumi Intaran
tebal Buku: 313 Halaman

Novel perempuan berkalung sorban ditampilkan cukup menarik dari segi perwajahan seorang wanita berjelbab bersorban merah dengan latar putih.
Tokoh yang diceritaka dalam Novel ini adalah Anisa seorang anak pondokan sekaligus anak kyai yang selalu diajarkan unutuk patuh. Semasa kecil ia bergaul dengan Lek Khudhori. Di sela-sela bermain ia belajar banyak tentang kitab. Kemudian ketika menjelang remaja saling jatuh cinta. Namun mereka harus berpisah karena Lek Khudori kuliah ke Kairo. Sementara Anisa kemudian dikawinkan orang tuanya dengan anak seorang kyai bermana Samsudin. Kehidupan rumah tidak bahagia kemudian bercerai. Setelah bercerai ia menikah dengan Lek Khudori. Mereka bahagia tapi hanya sebentar. Ketika sudah dikaruniai anak mendadak Lek Khudori meninggal Dunia akibat kecelakaan.
Kelebihan Novel ini adalah keberanian pengarang mengambil latar belakang pondok pesantren yang sarat dengan aturan. Apalagi pengarang seorang wanita. Satu hal lagi Teknik penceriaannya sangat runtut sehingga bagi pembaca pumula pun akan mampu untuk mengikuti ceritanya. Hanya sangat disayangkan novel ini terlalu liberalisme mulai dari perwataan tokoh utama yang selalu mrenghindari kegiatan keagamaan lebih cenderung belajar sendiri atau perwatakaan tokoh condong . Sementara tokoh lain samsudi lebih menonjolkan sifat kebarat-baratan. Kontroversi yang seharusnya tokoh utama mengubah Samsudin tak mampu. ini dikarenakan dalam penggarapan perwatakan sebetulnya sama mengadobsi barat yaitu individualisme. Tokoh lain seakan diperankan sebagai orang alim pondokan terselingi penjelasan belajar ke Jerman yang notabene bukan ada kaitan langsung dengan pesantren atau dunia islam.
Namun walaupun bagaimana pun novel ini cocok untuk dibaca bagi mereka yang sudah memiki pengetahuan yang cukup tentang Islam sebagai bahan perbandingan.

MANDI API



Mandi Api merupakan kumpulan cerpen karya Gde Aryantha Soethama. Mandi Api merupakan salah satu cerpen diantara itu. Mandi Api menceritakan Durma rencana menentang untuk pembangunan penginapan di desanya. Durma berpura-pura kesurupan mengamuk, mencari pemamangku atau pemimpin upacara keagamaan. Tradisi bila ada orang kesurupan mereka harus diuji untuk mandi api. Bila benar bila benar kesurupan maka ia tidak akan terbakar saat mandi api. Durma sudah siap untuk dimandikan api. Pada saat itu Durma sudah ketakutan kalau benar dimasukkan di api maka ia akan benar-benar terbakar. Untung ketika upacara mau dilkukan pemangku kesurupan sehingga Durma dibiarkan, semua mengurusi pemangku. Durma kemudian diseret temannya untuk diselamatkan. Durma akhirnya selamat.
Mandi Api dipresentasikan pengarangnya pada acara Loka Karya Apresiasi Sastra Daerah atau APRESDA di Cisarua Bogor 27 Oktober 2010.

Selasa, 26 Oktober 2010

ZAMAWI IMRON


Aku betul kagum dengan pak Zamawi Imron dalam proses kreatifnya sangat luar biasa. Apalagi bila aku melihat hapalan puisi yang pernah dibuatnya.Ingatan yang tajam. Teaterikal dalam membaca puisi yang bagus. Yang paling terpenting adalah pesan moralnya agar para guru menasehati anak-anak untuk menulis. Bila itu terabaikan dampaknya luar biasa katanya. Bila sewaktu SMA tak bisa menulis akan kesulitan bila sudah menjadi mahasiswa. Buat skripsi akan membeli itu artinya kepalsuan. catatan kecildari Cisarua, 26 Oktober 2010

BERKACA PADA TAUFIQ ISMAIL


Wah rasa senang dapat menimba ilmu secara langsung pada penyair terkenal pada Bapak Tauifiq Ismail. Cerita-cerita latar belakang penciptaan puisi sungguh luar biasa.Di sini juga dapat menyaksikan teknik pembacaan puisinya. Sayang hanya 4 jam rasanya masih kurang untuk berkaca memperdalam ilmu tentang puisi Indonesia.