Kamis, 27 Desember 2012

Resensi Ayahku Pulang


RESENSI  PEMENTASAN NASKAH “AYAHKU PULANG

Judul Naskah                           :  Ayahku Pulang
Karya                                       :  Usmar Ismail
Pementas                                  : Teater Tekad Kaps SMAN 1 Mayong
Aktor                                       :  Novianto Nugroho pemeran Gunarto
Aktris                                      :  Dwi Nur Azizah  pemeran Ibu / Tina                   
Peran Pembantu Pria               :  1. Ahmad Koirun Niam pemeran Ayah
                                                          2. Muhammad Asrori Abas
  Peran Pembantu Wanita          :  1. Yuliana Safitri pemeran Mintarsih 1
                                                          2. Dellavita Supriyanti pemeran Mintarsih 2
  Ilustasi Musik                          :  Muhammad Sukron Falah 
  Artistik                                    :  Sugeng, S.Pd.
  Sutradara                                 :  Syafiq Setiawan
  Tata Rias                                 : 1. Devi Yuliana 
                                                         2. Salsabela Na'im
  Tempat pentas                          : Festival Teater Pelajar di Museum Kartini
  Tanggal Pementasan                : 21 Desember 2012



"Ayahku Pulang " adalah naskah karya Umar Ismail. Cerita diawali dengan kerinduan seorang ibu bernama Tina yang rindu  akan suaminya yang telah lama pergi di hari lebaran seperti hari lebaran sekarang ini tanpa meninggalkan sepatah kata pun. Namun kondisi ibu untuk mengingat suaminya mendapat tantangan keras dari anak laki-lakinya Gunarto yang merasakan sejak kecil menderita karena ditinggalkannya. Gunarto merasa tak ada gunanya mengingat lagi orang yang sudah tidak ingat keluarga. Gunarto merasa besar sendiri tanpa bimbingan ayahnya. Karena itu Gunarto selulu mengalihkan pembicaraan tentang adik-adiknya ketika pembicaraan mengarah Saleh ayahnya.
Perdebatan semakin seru setelah setelah adiknya Maemun mendengar kabar bahwa ada seorang tua yang konon mirip orang tuanya. Kabar dibawa oleh Pak Tirto. Ibu merasa yakin mungkin benar juga ia kembali. Namun, Gunarto merasa tidak percaya. Perang  kata-kata tentang keberadaan orang tuanya semakin seru setelah adik yang perempuan Mintarsih pulang yang menceritakan ada orang tua seperti pengemis yang memandangi rumahnya. Gunarto dan Maimun tak percaya ingin membuktikan ucapan adiknya, namun tak mendapatkan apa-apa. Ibu yakin bahwa itu mungkin suaminya yang lama telah pergi di malam hari raya seperti ini.
Tak disangka suaminya R.Saleh pulang dengan penampilan beda seperti pengemis tidak seperti dulu kaya raya. Ibu kaget hampir tak percaya namun senang lalu menyuruh Saleh untuk masuk dan memerintahkan anak-anaknya untuk mendekat. Namun Gunarto sendiri yang acuh. Kebencian kepada ayahnya yang lama dipendam dilampiaskan. Itu semua karena penderitaan yang dialami selama ditinggalkan ayahnya. Pelampiasan kemarahan memuncak dengan menghina kepada orang tuanya sendiri. Melihat kenyataan itu R.Saleh pergi  pergi tak tahan mendengar hinaan. Maemun bersaha mengejar ayahnya namun terlambat ternyata ayahnya telah pulang untuk selama-lamanya hanya meninggalkan kopiah dan baju saja.
Gunarto baru sadar ia penyebab ayahnya bunuh diri terjun ke dalam sungai adalah dirinya. Gunarto menyesali apa yang telah ia lakukan kepada ayah kandungnya sendiri. 
Pementasan ini menonjolkan perwatakan ibu dengan ketabahannya dalam menhadapi cobaan dalam rumah tangga, mencoba untuk menerima kenyatataan hidup yang sekian lama ditinggalkan suaminya untuk membesarkan anak-anaknya. penonjolan karakter kedua pada tokoh Gunarto yang yang menentang ibu  terutama setelah ayahnya pulang. Pementasan ini patut dihargai karena naskah ini adalah naskah kategori sastra karya sastrawan ternama di negeri ini. Tema yang ingin diungkapkan adalah tema sosial sepeti realita yang ada dalam masyarakat yang tergiur oleh keindahan hidup yang disuguhkan dengan harta yang melimpah. Drama ini memberi pelajaran bahwa dengan harta yang banyak tidak mesti bahagia terus. Harta kadang akan pergi begitu cepat seperti dicontohkan dalam tokoh ayah yang rela meninggalkan keluarga memburu kesenangan berujung kebrangkutan. Ujung-ujungnya ingat keluarga setelah tua.
 Namun di  sisi lain karya ini minim penataan artistik dan tata lampu karena kurang ada waktu penataan yang cukup. Apalagi dengan adanya lampu padam menimbulkan keraguan apakah ini tata lampu atau kecelakaan. Di sisi lain ada adegan-adegan yang bloking yakni keadaan kertentu yang mengerombol yang tidak berupa aktivitas moving pemain. Dapat dikatakan sutradara belum menata moving aktor dan aktris secara baik.
Bagi penonton yang ingin mengenal makna hidup dapat mengambil pelajaran dari pementasan naskah "Ayahku Pulang" hidup tak selamanya mujur. Seperti roda berputar kadang jaya kadang terpuruk.
 





.

Tidak ada komentar: